PENYETELAN RELAI DIFERENSIAL PADA
TRANSFORMATOR
Abstrak
Kualitas sistem
tenaga listrik diukur dengan kontinuitas pelayanan, kontrol yang baik dan pemeliharaan. Kelangsungan layanan yang
baik dapat diperoleh jika semua komponen sistem tenaga dapat beroperasi dengan
baik dalam setiap situasi dan kondisi, baik normal atau dalam kondisi abnormal.
Dalam kondisi normal, sistem perlindungan memiliki peran penting dalam
mendeteksi setiap gangguan dan melepaskan bagian-bagian yang terganggu dari
sistem.
Transformator
daya merupakan komponen utama dalam gardu. Gangguan dalam transformator harus
diisolasi agar tidak mengganggu sistem selama distribusi tenaga listrik untuk
beban lain. Relay diferensial pada transformator daya relay proteksi untuk
mendeteksi gangguan internal. Makalah ini membahas pengaturan dan kesalahan
ketidakcocokan relay diferensial di gardu Tengah Duri di switchgear # 3
Keywords: hubungan pendek, relay diferensial, transformator daya
1. Pendahuluan
Sistem
kelistrikan merupakan elemen penting untuk menunjang proses produksi pada
industri. Sistem pembangkitan untuk penyediaan tenaga listrik yang terdiri atas
fasilitas-fasilitas pembangkitan, transmisi, dan distribusi diatur agar sistem
tidak hanya beroperasi dengan efisiensi yang setinggi mungkin, tetapi seluruh
peralatannya juga diamankan dan dilindungi terhadap kerusakan.
Manfaat
sistem proteksi dan relai-relai pengaman adalah agar pemutus-pemutus daya yang
tepat dioperasikan supaya hanya bagian yang terganggu saja yang dipisahkan
secepatnya dari sistem, sehingga kerusakan peralatan listrik yang disebabkan
oleh gangguan menjadi sekecil mungkin.
Salah
satu komponen yang sangat penting peranannya dalam system tenaga listrik adalah
transformator tenaga. Transformator tenaga ini berfungsi untuk mengubah besaran
tegangan.
Dengan
menggunakan transformator tenaga, penyaluran energy dapat luas jangkauannya
sehingga penempatan pembangkitan tidak harus berdekatan dengan beban.
Untuk
menjaga transformator tenaga dari gangguan diperlukan pengaman. Salah satu
pengaman transformator tenaga adalah relai diferensial. Gambar sederhana sebuah
sistem tenaga listrik diperlihatkan pada Gambar 1. berikut:
Gambar
1. Sistem Tenaga Listrik
2.
Relai Diferensial
Relai
diferensial adalah salah satu relai pengaman utama system tenaga listrik yang
bekerja seketika tanpa koordinasi relai disekitarnya sehingga waktu kerja dapat
dibuat secepat mungkin.
Daerah
pengamanannya dibatasi oleh pasangan trafo arus dimana relai diferensial
dipasang sehingga relai diferensial tidak dapat dijadikan sebagai pengaman
cadangan untuk daerah berikutnya. Proteksi relay diferensial bekerja dengan
prinsip keseimbangan arus (current balance).
Prinsip
ini berdasarkan hukum kirchhoff yaitu membandingkan jumlah arus masuk ke
primer (Ip) sama dengan jumlah arus yang keluar dari sekunder (IS).
(Kadarisman,No Year: 8-20).
Dimana:
Id = Arus Diferensial (A)
Ip = Arus Sisi Masuk (A)
Is = Arus Sisi Keluar (A)
Gambar
2. menunjukkan relai diferensial dalam keadaan arus normal, dimana Ip
dan Is sama besar dan berlawanan
arah.
Id
= Ip + Is = 0 Ampere
Idif
= IP + IS
= 0 Ampere
Maka
tidak ada tegangan yang melintasi coil relay dan tidak ada arus yang
mengalir pada relai tersebut, sehingga relai diferensial tidak bekerja.
(Jlewis, Blackburn, 2004: 10).
2.1. Gangguan Diluar
Daerah yang Dilindungi
Pada
gangguan diluar (eksternal) daerah proteksi relai diferensial (diluar kedua
trafo arus), relai diferensial tidak akan bekerja, karena Ip danIs
sama besar dan berlawanan arah (Id = Ip + Is
= 0 Ampere, Idif
= IP + IS = 0 Ampere),
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3. berikut. (J lewis, 2003: 10).
Gambar
3. Relai Diferensial Saat Gangguan Eksternal
2.2. Gangguan Didalam
Daerah yang Dilindungi
Untuk
gangguan didalam (internal) daerah proteksi relai diferensial (diantara kedua
trafo arus), Ip dan Is searah.
Id
= Ip + Is
> 0 Ampere
Idif
= IP + IS
> 0 Ampere
Karena
arus akan menuju titik gangguan, sehingga relai diferensial akan bekerja,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Relai Diferensial Saat Gangguan Internal
Pada saat ada arus yang mengalir
lewat relai, maka relai akan mengirim sinyal pada lock out relay. Sinyal ini
akan di teruskan ke C/S dan memerintahkannya untuk lock out sehingga aliran
energi listrik terputus, maka transformator tenaga yang diamankan bebas dari
pengaruh gangguan yang ada.
3.
Karakteristik Relai Diferensial
Karakteristik
diferensial dibuat sejalan dengan Unbalances current (Iμ), untuk
menghindari terjadinya kesalahan kerja. Kesalahan kerja disebabkan
karena CT ratio mismatch, adanya pergeseran fasa akibat belitan
transformator tenaga terhubung (Y) – (Δ).
Gambar
5. Prinsip Pengoperasian Relai Diferensial
Perubahan
tap tegangan (perubahan posisi tap changer) pada transformator tenaga
oleh On Load Tap Changer (OLTC) yang menyebabkan CT mismatch juga ikut berubah.
Kesalahan
akurasi CT, Perbedaan kesalahan CT di daerah jenuh (Saturasi CT), dan Inrush
current pada saat transformator energize menimbulkan unbalances
current (Iμ) yang bersifat transient.
Untuk
mengatasi masalah unbalance current (Iμ) pada relai diferensial caranya
dengan menambahkan kumparan yang menahan bekerjanya relai di daerah Iμ.
Kumparan ini di sebut Restraining Coil, sedangkan kumparan yang
mengerjakan relai tersebut di sebut Operating Coil.
Arus
diferensial didapat dari menjumlahkan komponen arus sekunder perfasa di belitan
1 (|®1
I |) dan belitan 2 (|®2
I |) secara vector perfasa.
Jika
arus berlawanan dalam arti yang satu menuju relai dan yang lainnya meninggalkan
relai, maka akan saling mengurangi dan sebaliknya jika arus searah berarti yang
kedua-duanya menuju atau
meninggalkan
relai, maka akan saling menjumlahkan.
Arus
penahan (restrain) didapat dari arus maksimal komponen arus sekunder
perfasa di belitan 1(|®1
I |)dan belitan 2 (|®2
I |)
Irestrain
= Ir
= max |®1 I | , |®2 I |) (2)
Slope
didapat dengan membagi antara komponen arus diferensial dengan arus penahan.
Slope 1 akan menentukan arus diferensial dan arus penahan pada saat kondisi
normal dan memastikan sensitifitas relai pada saat gangguan internal dengan
arus gangguan yang kecil.
Sedangkan
Slope 2 berguna supaya relai tidak kerja oleh gangguan eksternal yang berarus
sangat besar sehingga salah satu CT mengalami saturasi (diset dengan slope
lebih dari 50%)
Pada
Gambar 6. halaman berikut merupakan karakteristik relai diferensial. Daerah di
atas kurva adalah daerah kerja relai diferensial, sedangkan pada daerah di
bawah kurva, relai tidak akan bekerja. (Anderson Anvenue, 2001:214-300)
3.1.
Syarat Pengaman Relai Diferensial
a) Trafo
arus yang digunakan oleh relai diferensial ini harus memiliki rasio
perbandingan CT1 dan CT2 sama, contohnya 200:5 dan 1500:5, sehinggga Ip = Is,
serta sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 sama. Polaritas trafo arus
memperlihatkan arah arus yang masuk dan keluar dari trafo arus Jika tidak, akan
terjadi kesalahan dalam melihat arus yang masuk dan keluar melalui
transformator tenaga. Hal ini, menyebabkan kesalahan dalam menentukan adanya
gangguan di transformator tenaga.
b) Adanya
pergeseran fasa akibat hubungan trafo tenaga yang terhubung delta (Δ) - (Y)
maka untuk mengembalikan sudut phasa arus yang tergeser tersebut, hubungan
trafo arus di buat berbeda dan sudut pada CT di sisi primer dan CT di sisi
sekunder trafo berbeda 1800. Hubungan CT di primer berbeda dengan CT di
sekunder yaitu satu sisi terhubung Y, lainnya Δ. Yang terhubung Δ menghasilkan
dan adanya arus magnetisasi dari trafo tenaga di sisi primer menyebabkan
pergeseran fasa, Oleh karena itu diperlukan suatu CTtambahan (auxiliary CT – ACT)
yang terhubung Y, karena proteksi diferensial harus membandingkan arus pada dua
sisi tanpa perbedaan fasa.
c) Karakteristik
kejenuhan CT1 dan CT2 harus sama
3.2. Skema Rele
Diferensial (87t)
Gambar 8. mengilustrasikan skema pengaman
diferensial trafo tiga fasa yang disederhanakan. Sisi tegangan tinggi 115 kV
hubung Δ RST yang mendahului sisi tegangan rendah 13.8 kV hubung (Y) XYZ dengan
sudut30°.
Untuk pemasangan relai diferensial perlu
diperhatikan arus urutan nol, agar relai diferensial tidak salah kerja atau
beroperasi pada saatgangguan luar.Selain itu, Trafo arus pada sisi primer trafo
tenaga yang terhubung dengan belitan Delta dihubungkan Y dan trafo arus pada
sisi sekunder trafo tenaga yang belitannya terhubung Y dihubungkan Δ sehingga
menghilangkan komponen urutan nol yang ada di sisi sekunder tranformerdan
menyamakan arus yang keluar dari CT sehingga arus yang luar dari CT tetap sama
fasa yakni iR-iT’, iS-iR’ dan iT-iS’.
Gambar 8. Skema Diferensial Trafo tenaga Pada
Operasi Normal
Keterangan:
R
: Restraint coil
O
: Operation coil
iR,iS,iT
: arus yang mengalir di sisi primer
ix,iy,iz
: arus yang mengalir di sisi sekunder
R,
S, T : line di sisi primer
X,
Y, Z : line di sisi sekunder
CT1
= CT2 = CT3 = CT4 = CT5 = CT6
=
Current Transformer
4.
Data Perhitungan Setelan Relai Differensial
Sistem
transmisi yang akan dianalisa gangguan hubung singkatnya adalah saluran
transmisi pada Gardu Induk Central Duri di switchgear #3
Pada
gardu ini aliran dayanya berasal dari sumber Generator 29,6 MVA, 13,8 kV dan
dihubung ke transformator tenaga berkapasitas 28 MVA
untuk
disalurkan ke sistem transmisi 115 kV.
Analisa
gangguan hubung singkat pada saluran ini adalah untuk menghitung setelan relai
diferensial dan mengetahui seberapa besar perkiraan error relai diferensial
yang mungkin dapat terjadi.
Bagan
gambar jaringan sistem tenaga listrik Gardu Induk central duri#3, terdapat pada
Gambar 9.
4.1 Data Jaringan PT
Chevron Pacific Indonesia
Sebelum
memulai perhitungan, perlu diketahui terlebih dahulu data yang diperlukan untuk
menghitung penyetelan relai diferensial transformator, sebagai berikut:
1.
Daerah yang akan dianalisa
2.
Data impedansi
3.
Data / name plate transformator Gardu Induk Central Duri di switchgear
#3
4.
Data sumber (GI)
5.
Data
Gambar
9. Skema Gardu Induk Central Duri #3
Keterangan:
A : Gardu Induk Central Duri di
switchgear #3
B : Transformator Tenaga
C : Sistem 115 kV
Berikut
data lengkap yang diberikan:
Keterangan:
Rt
= resistansi urutan positif dan negative
Xt1 = reaktansi urutan positif dan
negatif
Rto = resistansi urutan nol
Xto
= reaktansi urutan nol
Keterangan:
d’
: resistansi transien synchronous
Xd’
: reaktansi transien synchronous
Rd’’
: resistansi subtransien synchronous
Xd’’
: reaktansi subtransien synchronous
Ro
: resistansi urutan nol
Xo
: reaktansi urutan nol
Tabel
5. di bawah ini adalah hasil perhitungan admitansi jaringan urutan positif,
urutan negatif dan urutan nol menggunakan programMicrosoft Excel.
4.2.
Pemilihan CT Ratio
Pemilihan
CT disesuaikan dengan alat ukur dan proteksi. Pemilihan CT dengan kualitas baik
akan memberikan perlindungan sistem yang baik pula. Relai diferensial sangat
tergantung terhadap karakteristik CT.
Jika
karakteristik CT bekerja dengan baik, maka sistem akan terlindungi oleh relai
diferensial ini secara optimal. CT ditempatkan dikedua sisi peralatan yang akan
diamankan (transformator tenaga), seperti yang terlihat pada Gambar 8. CT ratio
untuk relai diferensial yang dipilih sebaiknya memiliki nilai yang mendekati
nilai Irating . (Sukmawidjaja, 1995: 3-115)
Dimana:
In :
arus nominal (A)
S : Daya yang tersalur (MVA)
Dari persamaan 4, arus nominal
dikedua sisi transformator adalah sebagaiberikut ;
Transformator dapat menarik beban
lebih hingga 110% dari kapasitasnya, selama temperatur belitan dibawah
temperatur maksimumnya.
Maka
perbandingan ratio trafo arus (CT ratio) dapat dihitung dari nilai arus rating
dikedua sisi tegangan transformator tenaga tersebut dan disesuaikan dengan
spesifikasi CT ratio yang ada dipasaran sedangkan nilai sekunder CT (5A atau
1A) disesuikan dengan peralatan proteksinya.
4.3.
Tap Auxillary
Auxillary
CT adalah CT bantu yang berguna untuk menyesuaikan besar arus yang masuk ke
relai diferensial akibat proses pergeseran fasa oleh transformator tenaga dan
beda tegangan primer dan sekunder transformator tenaga.
Untuk
pemilihan tap auxillary CT sama dengan CT dan penempatan CT auxillary
diletakkan pada sisi 13,8 kV yang CT dihubung delta untuk menghilangkan arus
urutan nol dan menyamakan fasa ( lihat pada Gambar 8 ).
Untuk
menghitung nilai tap ratio dari Auxillary CT di mulai dari arus nominal
sekunder CT yang tidak dihubungkan Δ, yang untuk transformator ini ada di sisi 115
kV. Pada sisi tegangan 115 kV ini menggunakan ratio CT = 200:5 sehingga:
Arus
yang mengalir di sisi sekunder CT2 adalah:
Karena
Sekunder CT2 di hubung Δ , maka arusnya menjadi:
Maka
tap auxillary yang dipilih adalah 9,62 : 5
4.4.
Setelan Relai Diferensial
Diatas
telah dihitung nilai CT ratio pada kedua sisi transformator tenaga, maka
sekarang dapat dihitung di hitung nilai arus diferensial (Id) dan arus
restraint (Ir) kemudian didapat nilai Setting Arus(Iset).
Relai
diferensial hanya akan beroperasi saat ada gangguan didalam transformator dan
tidak beroperasi saat keadaan gangguan diluar dan keadaan normal.
4.4.1.
Perhitungan setelan Relai Diferensial Pada Gangguan Dalam
Untuk
gangguan didalam transformator tenaga, relai diferensial beroperasi Jika:
Arus
diferensial (Id) merupakan arus operasi (Ioper) pada relai diferensial. Dari
hasil perhitungan arus gangguan fasa R, S dan T yang mengalir pada saat
gangguan hubung singkat tiga fasa didalam transformator dengan menggunakan
program Microsoft Excel didapat arus diferensial diperlihatkan pada tabel
berikut.
Tabel.
7. Arus diferensial Untuk Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
(K-K-K)
Pada gangguan di tranformator di saluran
Gardu
Induk Central Duri #3
Tabel.
8. Arus Restrain Untuk Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
(K-K-K)
Pada gangguan di tranformator di saluran
Gardu
Induk Central Duri #3
Slope pada Karakteristik relai
difererensial pada gambar ada dua, yaitu slope 1 untuk gangguan didalam
transformator 25% dan slope 2 untuk gangguan diluar transformator 100%.
Untuk gangguan didalam transformator
tenaga , setelan relai diferensial sebesar 25% dan untuk gangguan diluar
transformator tenaga setelan relai diferensial sebesar 100%. Setelan persenan
ini telah ditentukan dari karakteristik kerja relai diferensial.
Pada gangguan didalam transformator
tenaga slope 1 di set 25%, dan relai diferensial bekerja jika iset < ioper
maka Iset untuk gangguan tiga fasa ini pada fasa R adalah:
Arus
operasi sama dengan arus diferensial (Ioper = Id ) , pada
Tabel 7. Id =
55,677
A
Gambar
10. Perbandingan nilai Ioper dan Iset saat gangguan didalam
Transformator
Karena
iset < ioper maka relai diferensial
trip.
Untuk
letak titik gangguan di gambar karakteristik relai diferensial arus diferensial
dan arus restraint diubah dalam satuan PU.
Untuk menghitung arus dalam pu:
Dibawah
ini adalah gambar karakteristik relai diferensial yang memperlihatkan letak
titik nilai gangguan, untuk gangguan fasa R, S dan T yang mengalir pada saat
gangguan hubung singkat tiga fasa didalam transformator tenaga.
Gambar
11. Karakteristrik Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan Dalam
Transformator Untuk gangguan Tiga Fasa
Keterangan:
a)
Karakteristrik
Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan Dalam Transformator Untuk
gangguan Tiga Fasa.
b)
gangguan
didalam jangkauan relai diferensial
4.4.2. Perhitungan
Setelan Relai Diferensial Pada Gangguan Luar
Untuk
kerja relai diferensial agar
tidak salah kerja saat operasi normal dan gangguan luar maka setelan relai
diferensial adalah:
iset
> ioper
maka
relai diferensial tidak beroperasi.
Dari
hasil perhitungan saat ada gangguan fasa R-S-T di bus A di saluran transmisi
Gardu Induk Central Duri #3 dengan menggunakan program Microsoft Excel didapat
arus diferensial diperlihatkan pada table berikut adalah sama perhitungannya
dengan Tabel 9.
Tabel. 9. Arus diferensial Untuk
Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa (KK-
K)
Di bus A di Saluran Gardu Induk Central Duri #3
` Hasil perhitungan Arus restraint saat
ada gangguan tiga fasa R-S-T di bus A di saluran transmisi Gardu Induk Central
Duri #3 dengan menggunakan program Microsoft Excel diperlihatkan pada tabel
berikut adalah sama perhitungannya dengan Tabel 10.
Tabel.
10. Arus Restrain Untuk Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa (K-KK)
Di
bus A di Saluran Gardu Induk Central Duri #3
Setelah
hasil perhitungan Arus restraint untuk gangguan tiga fasa R-S-T di bus A di
saluran transmisi Gardu Induk Central Duri #3 kemudian dihitung setelan rele
diferensial. Pada gangguan diluar transformator slope 2 di set 100%, dan relai
diferensial tidak bekerja jika iset > ioper maka Iset
untuk gangguan ini pada fasa R adalah:
Iset
= slope 2 x Ir (7)
=
100% x 28,958 A
= 28,958 A
Arus
operasi sama dengan arus diferensial (Ioper = Id ) , pada Tabel 9. Id =
14,990 A
Gambar
12. Perbandingan nilai Ioper dan Iset saat gangguan diluar
Transformator
Karena iset > ioper
maka relai diferensial tidak trip.
Untuk
melihat letak titik gangguan di gambar karakteristik relai diferensial arus
diferensial dan arus restraint diubah dalam satuan pu.
Id
= 14,990 A
Ir
= 28,958 A
Idasar
sec CT = 5
Untuk
menghitung arus dalam pu:
Dibawah
ini adalah gambar karakteristik relai diferensial yang memperlihatkan letak
titik nilai gangguan, untuk gangguan fasa R, S dan T yang mengalir pada saat
gangguan hubung singkat tiga fasa di bus A.
Gambar 13. Karakteristik Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan di bus A
Untuk gangguan Tiga Fasa
Keterangan:
1.
Karakteristrik
Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan diluar transformator Untuk gangguan Tiga
Fasa
2.
gangguan
diluar jangkauan relai diferensial
4.5. Error Mismatch
Meskipun
dari perhitungan telah di dapat ratio CT Pada halaman 10 yaitu pada sisi 115 kV
(CT1) = 200 : 5, dan pada sisi 13,8 kV (CT2) = 1500 : 5. Nilai CT ratio yang
dipilih ini adalah sesuai dengan CT yang ada dipasaran. Karena adanya perbedaan
ini maka akan terjadi kesalahan dalammembaca perbedaan arus dan tegangan di
sisi primer dan sekunder transformator tenaga serta pergeseran fasa di trafo
arus. kesalahan ini disebut mismatch error. (Anderson Anvenue, 2001: 214-300).
Pada
relai diferensial untuk melihat mismatch error didapat dari perbandingan CT
dengan tegangan pada persamaan (8):
Untuk
menghitung error mismatch sebelumnya terlebih dahulu menghitung nilai CT yang
ideal di salah satu sisi transformator tenaga, misal untuk sisi 13,8 kV (CT2)
dengan persamaan (9):
Dimana:
CT1
: current transformer pada sisi primer
CT2 : current
transformer pada sisi sekunder
V1
: tegangan di sisi primer (KV)
V1
: tegangan di sisi sekunder (KV)
Maka ratio CT2
di sisi
13,8 kV saat maxsimum load adalah = 1666,667 : 5
Ratio CT yang
digunakan di sisi 13,8 kV adalah 1500 : 5, sedangkan idealnya CT untuk sisi
13,8 kV adalah 1666,667 : 5 .Maka, error mismatch didapat dari perbandingan
antara CT ideal dengan CT yang ada dipasaran. Error mismatch untuk relai
diferensial adalah:
Kesalahan
relai diferensial dalam mengamankan transformator dari gangguan adalah sebesar
1,111 % .Untuk memperbaiki error mismatch pada relai diferensial ini dapat
dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan tap pada CT.
Error
mismatch diharapkan nilainya sekecil mungkin agar proteksi relai diferensial
bekerja secara optimal dalam mengamankan transformator tenaga. Dengan syarat
kesensitifan relai diferensial dalam pengoperasian Mismatch error tidak boleh
lebih dari 5%. Syarat ini ditentukan untuk proteksi agar optimal menjaga sistem
tenaga listrik dari gangguan.
5.
Kesimpulan
1. Relai
diferensial transformator adalah relai utama yang bekerja mengamankan
transformator tenaga dari gangguan didalam transformator tenaga dan tidak
bekerja saat terjadi gangguan di luar transformator tenaga.
2. Pada
karakteristik relai diferensial, setelan rele diferensial untuk gangguan
didalam transformator tenaga sebesar 25% lebih kecil dibandingkan untuk
gangguan di luar transformator sebesar yang 100% dan untuk nilai pick up di
ambil dari ratio error CT.
3. Error
mismatch adalah kesalahan dalam membaca perbedaan arus dan tegangan di sisi
primer dan sekunder transformator tenaga serta pergeseran fasa di trafo arus.
Nilai Error mismatch harus lebih kecil dari 5 % agar proteksi relai diferensial
lebih optimal dalam mengamankan transformator tenaga.
Daftar Pustaka
1. Anderson
Anvenue, Markham, Ontario “Transformer Managemen Relay Instruction Manual”
GE Power Management. Canada . 2001.
2. Anderson
Anvenue, Markham, Ontario “ T60 Transformer ManagementRelay UR Series
Instruction Manual” GE Power Management. Canada .2003.
3. J
lewis, Blackburn “ Protective Relaying Principles And Applications”second
edition. 2004
4. Kadarisman,
Pribadi,“ Diktat Kuliah Sistem Proteksi “.
5. Sukmawidjaja,
Maula. 1995. Edisi ke-2. “Teori Soal Dan
Penyelesaian Analisa Sistem Tenaga Listrik II”.
Jakarta: Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Trisakti.
bagus sekali uraiannya terima kasih
BalasHapusmantap penjelasannya,terimaksih
BalasHapusSangat membantu..terimakasih bung
BalasHapusTerima kasih ...sangat mudah untuk dipahami
BalasHapus